Beredar asumsi bahwa Brazil masih belum siap untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia atau ajang apapun dalam skala yang sama. Selain terjadinya demonstrasi-demonstrasi yang mengganggu pemerintahan baru-baru ini, ada lagi hal lain yang sepertinya menghambat usaha Brazil untuk dapat menjadi tuan rumah ajang sepakbola dunia tersebut. Ketika jam resmi Piala Dunia untuk melakukan countdown tiba-tiba terhenti pada “365 hari” beberapa minggu lalu, beberapa analis menganggap bahwa hal tersebut merupakan pertanda bahwa acara ini memang tidak diperuntukkan untuk diadakan di sana.
Jam hitung mundur (countdown) tersebut berhenti berdetik sejak kedatangan Paus Amerika Selatan pertama ke negara tersebut untuk World Youth Day. Disponsori oleh pembuat jam mewah asal Swiss, Hublot dan diletakkan di Rio de Janeiro, jam tersebut berhenti pada “365 hari” meskipun kini hanya tinggal 11 bulan menuju Piala Dunia.
Panitia penyelenggara lokal telah menyatakan bahwa mereka telah mengetahui malfungsi tersebut namun sayangnya respon untuk mengatasi masalah tersebut begitu lambat. Telah menunggu berminggu-minggu dan jam tersebut tetap tidak bisa berfungsi dengan benar dan menunjukkan jam yang akurat. Namun, perusahaan yang bertugas untuk memelihara jam tersebut telah berjanji bahwa masalah teknis tersebut akan segera diperbaiki.
Mungkin terdengar konyol bila mengatakan takdir dari sebuah ajang sepakbola bergengsi seperti Piala Dunia didasarkan pada kericuhan yang terjadi dalam negara tersebut dan pada malfungsi dalam teknologi. Namun perlu diingat bahwa kedua hal tersebut memiliki pengaruh tersendiri pada ajang dunia itu. Masalah besar berawal dari hal kecil, jadi selama masalah itu masih masalah kecil, sangat perlu untuk diatasi dan diperbaiki secepat mungkin.
No comments:
Post a Comment